Waktu itu Rasulullah saw. dan para sahabat menggali parit di sebelah utara kota Madinah. Umat Islam memutuskan tak keluar dari kota dan membuat benteng pertahanan dalam menghadapi kaum musyrik Mekah yang berkoalisi dengan Yahudi dan Nasrani Madinah. Karena itulah perang tersebut kelak dikenal dengan Perang Parit atau Khandaq. Parit yang digali itu cukup panjang, lebar, dan dalam. Perbekalan yang tersedia sangat menipis sehingga para sahabat terpaksa mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan rasa lapar.
Beberapa sahabat datang kepada Rasulullah, mengadukan keadaan mereka yang kelaparan, sambil memperlihatkan perut mereka yang diganjal batu. Rasulullah pun membukakan bagian perutnya, dan tampaklah dua buah batu mengganjal perut beliau. Pada detik-detik itulah kemudian turun ayat yang sangat akrab di telinga kita:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mendamba Allah dan hari akhir serta banyak mengingat Allah.” [al-Ahzab: 21]
Kalau perut para sahabat hanya diganjal dengan satu buah batu, Rasulullah malah mengganjal perutnya dengan dua buah batu. Rasulullah lebih merasakan lapar daripada mereka. Itulah salah satu uswatun hasanah tentang empati dan solidaritas.
Uswah (أُسْوَةٌ) berasal dari kata asâ, ya’sû, uswa’an. Artinya mengobati, menghibur, atau memperbaiki. Maknanya kemudian berkembang menjadi pengobat bagi orang yang dirundung kesusahan atau kesedihan (mâ yu‘tazî bihî wamâ ya‘tasî bihî al-hazîn). Kemudian bergeser menjadi teladan atau sesuatu yang dikuti (قدوة). Pergeseran makna ini bisa dimaklumi, karena apa yang menjadi teladan biasanya secara psikologis dapat memberi kepuasan dan hiburan bagi yang mengikutinya sehingga cenderung ditiru atau diikuti (Ensiklopedia Al-Quran: 2002).
Syekh Raghib al-Ashfahani juga memaknai uswah sebagai qudwah (قدوة), yaitu kepribadian seseorang yang menarik untuk diikuti orang lain, entah baik atau buruk, entah menyenangkan atau membahayakan.
Hasanah bermakna “baik”. Namun, dalam bahasa Arab, kata baik banyak sebutannya antara lain: khair, ma‘ruf, birr, shalih, dan sebagainya. Maka, hasan/hasanah/husnâ lebih tepat diartikan indah, mempesona, estetis. Ia kombinasi antara kebenaran, kebaikan, dan keindahan.
Jadi, uswatun hasanah adalah contoh yang benar, baik, dan indah. Karena dalam kehidupan tidak hanya butuh kebenaran, tapi juga butuh kebaikan, juga butuh keindahan sehingga tercipta kesempurnaan hidup.[Q]