Judul | Adab Berpolitik |
Nasihat dan Hikayat untuk Pemimpin dan Penguasa | |
Penulis | Imam al-Ghazali |
ISBN | 978-602-5547-83-6 |
Dimensi | 13 × 19 cm |
Isi | 344 halaman; Bookpaper |
Sampul | SoftCover |
Terbit | Agustus 2020 / Desember 2023 |
Sinopsis
Kitab wajib untuk para pemimpin. Melalui buku ini, al-Ghazali memberikan nasihat; seorang pemimpin haruslah bermoral tinggi, berakhlak mulia, dan tidak berbuat zalim kepada rakyatnya.
REPUBLIKA
* * * *
“Kekuasaan merupakan nikmat Allah maka siapa yang tidak mengelolanya dengan baik berarti ia telah kufur nikmat.”
* * * *
“Mendatangi rakyat untuk memberi sesuap kebutuhannya lebih baik daripada menyibukkan diri beribadah sunnah.”
* * * *
“Sesungguhnya kerusakan rakyat disebabkan kerusakan para penguasanya, dan kerusakan penguasa disebabkan kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan cinta harta dan kedudukan; barang siapa dikuasai ambisi duniawi ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah-lah tumpuan meminta segala persoalan” [Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn II/381].
* * * *
Seorang ulama pernah diundang seorang khalifah (raja). “Berilah aku nasihat,” pinta sang raja. Lantas sang alim bercerita: Di sebuah negeri nun jauh hidup seorang raja adil dan mencintai rakyatnya. Suatu ketika ia sakit telinga hingga tuli, lalu ia menangis. Sang penasihat bertanya, “Mengapa engkau menangis, Paduka?” “Aku menangis bukan karena sakitku, tapi karena aku tidak mampu lagi mendengarkan keluhan rakyatku yang meminta pertolongan di depan singgasanaku.” Mendengar hal itu, sang penasihat memerintahkan rakyatnya agar memakai baju merah untuk memberitahu sang raja bahwa orang tersebut sedang kesulitan.”
Begitulah kisah demi kisah mengalir dalam buku ini yang diperkuat dengan petuah yang menggugah akal dan menggedor hati. Meski bukan rujukan ilmu politik bagi para penguasa, namun kandungan kitab klasik ini sarat dengan etika berpolitik yang berharga, seperti tersirat dalam judul aslinya al-Tibru al-Masbuk fi Nashihat al-Muluk (Emas yang Didesain untuk Nasihat bagi Para Penguasa). Mulanya ditujukan kepada Sultan Muhammad ibn Malik Syah dari Dinasti Saljuk, tapi isinya terus menginspirasi lintas generasi. Diulas luas dua poin utama: pertama, kekuatan akidah tauhid bagi pemimpin; kedua, keindahan moral, keadilan, keutamaan ilmu dan ulama.
Krisis penguasa berakar dari krisis ulama. Ulama bisa jadi agen perubahan dalam perbaikan pemerintahan. Lewat buku ini, Imam al-Ghazali mengambil peran itu: tampil untuk reformasi moral kekuasaan pada masanya. Baginya, penguasa dan ulama merupakan dua pilar penting untuk memakmurkan masyarakat. “Seorang pemimpin adil,” kutipnya, “lebih utama daripada ahli ibadah seratus tahun.” Sebab, keadilan pemimpin merupakan prasyarat untuk kesejahteraan masyarakat, di dunia dan akhirat.
Isi Buku
Catatan Penerjemah Persia
Pendahuluan
Tentang Cabang-Cabang Pohon Iman
Dasar-Dasar Keadilan Ada Sepuluh
Penjelasan tentang Dua Mata Air Sumber Siraman Pohon Iman
Bab Satu Tentang Keadilan dan Sirah Para Peguasa
Bab Dua Tentang Manajemen Pemerintahan dan Perilaku Para Menteri
Bab Tiga Tentang Para Sekretaris dan Adab Mereka
Bab Empat Tentang Cita-Cita Tinggi Para Penguasa
Bab Lima Tentang Sifat Santun Para Ahli Hikmah
Bab Enam Tentang kemuliaan Akal dan Orang Berakal
Bab Tujuh Tentang Wanita